Moment
ini sudah agak lama berlalu. Namun sebagai postingan pertama di blog, saya akan
posting cerita ini. Semoga yang suka nulis bertambah tips-tips menulisnya.
Waktu
itu awal bulan Mei. Saya sedang sibuk-sibuk persiapan wisuda untuk bulan Juni
(sekarang sudah wisuda). Di tengah kesibukan ngurus ini-itu, datanglah kabar
dari Uda Agus, guru nulis cerpen saya sejak SMA, menawarkan untuk ikut
pelatihan menulis cerpen selama seminggu di INS Kayu Tanam-Sumbar.
Ada
keraguan juga untuk memutuskan ikut. Saat itu saya tengah menunggu jadwal
wisuda yang masih belum pasti. Takutnya waktu saya sedang mengikuti pelatihan,
jadwal keluar dan mengharuskan untuk gladi resik di saat saya sedang ikut
pelatihan.
Setelah
membulatkan tekad, saya putuskan untuk IKUT. Keinginan untuk mendapatkan
kawan-kawan satu hobi dan tentunya akan bertemu orang-orang hebat yang tahu
betul tentang cerpen, memupuskan kekhawatiran saya tentang jadwal wisuda yang
belum jelas kabarnya.
Setelah
Uda Agus memberikan identitas saya ke panitia, datang telepon dari Bang Joni
Asmara. Setelah menjelaskan ini-itu Bang Joni, maka saya pun benar-benar pasti
akan berangkat pada tanggal 19 Mei dan selesai acara pada Sabtu, 24 Mei.
Hari
H datang menjelang. Pas ketika zuhur, saya menginjakkan kaki di INS Kayu Tanam
dengan naik angkutan umum. Setelah berjalan sedikit ke dalam, akhirnya saya sampai di ruang makan
tempat para peserta tengah makan siang. Ternyata para peserta lain juga baru
datang dan acara akan dibuka ba’da zuhur ini.
Setelah
pergi ke kamar tempat menginap selama satu minggu, aku pun bertemu dengan
sesama peserta. Mereka semua adalah siswa dan mahasiswa yang tersebar di
seluruh Kota dan Kabupaten di Provinsi
Sumatera Barat. Dengan rela mereka harus meninggalkan sekolah dan kampus alias
libur selama seminggu ke depan. Semuanya berjumlah 30 orang.
Begitu
pembukaan, maka dikenalkanlah para sastrawan yang akan menemani kami semingggu
ke depan. Mereka adalah Ayah Darman Moenir dan Om Gus tf. Sakai yang karya-karya
mereka sudah malang-melintang sejak saya masih bayi.
Setelah
pembukaan secara resmi dari Kepala Bahasa Provinsi Sumatera Barat, Bapak
Syamsarul, maka acara berlanjut pada proses kreatif menulis Ayah Darman Moenir
dan Om Gus. Setelah penjabaran yang menginspirasi ini selesai, beralih pada
pengenalan panitia yang akan mengurus kami selama seminggu. Ada Kak Iha, Bang
Joni dan Bang Mul. Dan part terakhir adalah
pembagian kelas. Akan ada dua kelas yaitu A dan B masing-masing 15 orang. Saya kebagian
kelas B dengan mentor Ayah Darman Moenir. Di Hari ke tiga, kelas ini akan
ditukar. Kami akan bertukar mentor dengan kelas A.
Prosesi pembukaan acara oleh Kak Iha
Sepatah kata dari Pak Syamsuar sekaligus membuka pelatihan di INS Kayu Tanam
Malamnya adalah kegiatan membaca cerpen tiap peserta. Cerpen ini akan dibedah satu persatu mulai besok pagi. Saya mulai berkenalan dengan para peserta. Ada Bang Salim, mahasiswa Teknik UNP yang Esainya telah dimuat di berbagai media, Akbar yang novelnya best seller terbitan Mizan, Munaf (yang nama sebenarnya adalah Manaf) yang kiprah menulis cerpennya sudah banyak, Bang Dodi dari FLP Sumatera Barat yang pada hari kedatangan di INS, dua resensinya dimuat di media, lalu kak Rahmi Septiari yang jago baca puisi bahkan sudah sampai ke Pontianak ikut Peksiminas,WOW... dan remaja-remaja lainnya yang menginspirasi.
Besoknya
kegiatan pun dimulai. Setelah sarapan, pukul delapan kami mulai masuk kelas
yang ditentukan. Ayah Darman Moenir mengawali kelas dengan berbagai pesan.
Pesan beliau yang sampai saat ini tak pernah saya lupa adalah beliau meminta,
bahkan sampai meminta tolong segala, untuk menulis dengan NIAT. Untuk jenis
tulisan apapun. Niat maksudnya di sini tidak semata-mata hanya untuk mengejar
target menang lomba atau untuk dimuat di media. Tapi lebih kepada
pertanggungjawaban moral penulis terhadap tulisannya.
Setelah
penyampaian pesan-pesan, maka mulailah dibedah cerpen satu per satu. Bang Salim
mendapat kesempatan pertama untuk dibedah. Cerpennya yang berjudul “Bik Inah” ramai dikomentari para
peserta. Cerpen-cerpen pun terus dibahas hingga selesai pada Rabu pagi. Saya
memasukkan cerpen saya yang berjudul “Bayi-bayi Merah” untuk dikomentari Ayah
Darman Moenir, yang kemudian saya dijuluki anak-anak satu kelas dengan
panggilan Abang Bayi-bayi Merah.
Kelas A dengan mentor Om Gus tf. Sakai
Selesai pembahasan masing-masing cerpen pada Rabu pagi, siangnya kami pindah
kelas. Cerpen yang sebelumnya telah dibahas dengan Ayah Darman Moenir, kini
giliran Om Gus untuk memberi masukan. Kelas dengan Om Gus selesai pada Kamis
Sore.
Malamnya kami mulai membuat cerpen baru dengan batas waktu sampai Jumat
Malam. Cerpen-cerpen ini nantinya akan diterbitkan oleh Balai Bahasa Padang
menjadi sebuah buku kumpulan cerpen. Tentunya cerpen ini terlebih dahulu akan dibaca
dan dikomentari dulu satu per satu oleh Ayah Darman dan Om Gus.
Wajah-wajah serius para penulis di ruang makan
Saya dan Bang Qalbi Salim yang sedang terengah-engah menyelesaikan naskah
Jumat
malam pukul sepuluh. Cerpen-cerpen mulai disetor ke Bang Mul. Saya berhasil
menyelesaikan sebuah cerpen yang berjudul “Air Seni” dengan ngos-ngosan.
Ditantang deadline yang kurang tiga
hari membuat pikiran dihadang kebuntuan. Namun akhirnya cerpen berjumlah 6
halaman itu pun jadi. Yang lain juga sudah
pada menyelesaikan. Sehingga ruang makan yang sebelumnya penuh dengan raut
keseriusan para penulis, kini kembali berubah ceria.
Pada
Malam ini sekaligus adalah malam terakhir pelatihan menulis cerpen di INS Kayu
Tanam, kami diberi waktu panjang untuk berada di ruang makan dari malam-malam
sebelumnya. Maka peserta pun menghabiskan malam itu dengan kegiatan
masing-masing. Ada yang bertukar cerita, nonton film di laptop, dan ada yang
masih sibuk konsultasi dengan Ayah dan Om Gus. Semua kegiatan yang dilakukan ditemani
berbagai snack yang disediakan oleh orang-orang dapur INS Kayu Tanam beserta
teh hangat.
Kami
ditawari nonton Film Horor Barat oleh Tia yang sampai sekarang judul film itu
entah apa. Awalnya semua ramai mengerubungi laptop di depan Tia. Namun kemudian
para hadirin mundur satu per satu melihat kengerian di film itu. Orang terakhir
yang masih bertahan menonton adalah Tia sendiri. Yang lain lenyap entah ke
mana.
Wajah-wajah lega sang penulis :D
Bang Mul dan Bang Joni sedang menunggu peserta yang menyerahkan naskah final
Acara bebas di ruang makan setelah penyetoran cerpen
Pagi
pun tiba. Sebentar lagi acara penutupan dan bada zuhur nanti dipastikan saya
tidak di sini lagi. Ada rasa sedih yang singgah. Sama seperti kawan-kawan
lainnya, saya pasti akan merindukan suasana INS yang telah kami lalui. Pun dengan
INS yang sejuk, pohon-pohon yang rindang, dan taman-taman yang sangat pas
dijadikan tempat menulis dan mencari inspirasi. Setelah
sarapan dan sambil menunggu acara penutupan, kami para peserta kongkow-kongkow
dulu di kursi taman.
Taman INS yang menginspirasi
Acara penutupan tiba. Kami yang semulanya dua kelas, kini digabung menjadi satu kelas. Acara pertama diisi kembali oleh Bapaak Syamsuar sekaligus menutup acara pelatihan. Di sini beliau megucap syukur karena acara berjalan lancar dan tidak ada terjadi hal yang tidak diinginkan. Selanjutnya giliran Ayah Darman Moenir memberikan wejangan kepada kami. Kembali beliau menekankan kepada kami semua untuk menulis dengan niat. Lalu selanjutnya inilah pesan-pesan Ayah yang saya tulis dengan baik.
Acara penutupan tiba. Kami yang semulanya dua kelas, kini digabung menjadi satu kelas. Acara pertama diisi kembali oleh Bapaak Syamsuar sekaligus menutup acara pelatihan. Di sini beliau megucap syukur karena acara berjalan lancar dan tidak ada terjadi hal yang tidak diinginkan. Selanjutnya giliran Ayah Darman Moenir memberikan wejangan kepada kami. Kembali beliau menekankan kepada kami semua untuk menulis dengan niat. Lalu selanjutnya inilah pesan-pesan Ayah yang saya tulis dengan baik.
“Sebagai
penulis, harus memiliki kesadaran untuk benar-benar menulis dan kesadaran untuk
berbahasa dengan baik. Ingat, menulis itu kita tidak sedang menggunakan bahasa
ibu (bahasa daerah sehari-hari). Lalu percaya dirilah, bukan berarti menjadi
sombong. Selanjutnya hargai pilihan ini. Hargailah bahwa Anda telah memilih
menulis sebagai salah satu bagiann dari hidup Anda. Pelihara dan pertahankan
dengan baik menulis itu.”
Begitu
giliran Ayah selesai, maka giliran Om Gus menyampaikan pesan-pesan untuk kami
calon penulis.
“Setelah
menulis cerpen yang baik, untuk menjaga kualitasnya, tergantung pada karakter
penulis. Penulis tidak boleh egois, membuka diri, menerima masukan, dan peka
terhadap hal yang ada di luar dirinya. Menulis tidak cukup dengan apa yang kita
ketahui saja. Harus banyak membaca literatur dan mencari referensi. Jika tetap
ngotot, hanya memiliki sedikit cerpen, hanya mengulang-ulang, atau akan
terkesan dangkal-dangkal saja. Setahun atau dua tahun akan kehabisan ide dan pensiun sebelum jadi.”
Setelah
Om Gus menutup, dilanjutkan dengan sepatah kata dari panitia yang diwakili Bang
Joni. Bang Joni mengucapkan terima kasih kepada kami telah mengorbankan waktu
kuliah atau sekolah selama seminggu ini. setelah part Bang Joni selesai, Kak Iha sebagai presenter, bukan, sebagai
moderator, meminta pesan dan kesan peserta. Dalam hal ini diwakili oleh Cece
Susan dan Khairi.
Dalam
pesan kesannya, Khairi mengatakan bahwa selama di INS kami para peserta “sangat
cukup gizi”. Tentu saja hal ini membuat semua peserta tertawa dan mengakui
kebenarannya. Hehe. Sementara Cece berkata kepada
Ayah Darman Moenir, apakah kami para peserta boleh memanggil beliau dengan
sebutan Ayah? Maka dengan enteng beliau menjawab, “Jangankan Ayah, Om saja
boleh.” Kami semua pun tertawa. Oleh sebab itulah, maka di sini Pak Darman
Moenir saya tulis dengan panggilan ayah.
Acara pun diakhiri dengan foto bersama.
Setelah selesai makan siang, satu per satu para peserta mulai meninggalkan INS Kayu Tanam.
Saya, Bang Joni (atas) dan Kak Iha (bawah)
Semoga
tulisan saya yang perdana ini tidak membosankan dan tidak seperti membaca
laporan perjalanan. Semoga saya bisa terus eksis di dunia blogger. :D
8 komentar:
Kereeennn... Waktu kk pulangkampus kemren pas kali kami kena macet di depan INS kayu taman. Kk langsung histeris gitu,soalnya sekolah itu kan yg ada di buku sejarah SMP dan SKI anak MTS.
Benee bgt,smg eksia di dunia bloggee.
haha,,, makasey permisaah... Iya, INS itu emang oke punya... iya, cemoga ajag.. :P
Assalaamu'alaikum wr.wb, Ilham. Aktivitas yang sangat bermanfaat melalui pengalaman para sastrawan yang mahir dalam bidang mereka. Mudahan Ilham bisa menuruti jejak mereka suatu hari nanti. Guru terbaik adalah pengalaman yang mengajar kita erti kejayaan hidup. Salam kenal dari Sarikei, Sarawak. SITI FATIMAH AHMAD
Aamiin yarabbal'alamin.. Mudah-mudahan Ilham bisa menyusul jejak seperti mereka Mbak Siti.. Terimakasih Mbak sudah berkunjung ke sini.. :)
wiiiiihhhh ,,,, keren nih ,,, trnyta sorg penulis ,,,, :D
Cie, barakallah ya Zi. Udah wisuda ternyata. Semoga ilmunya berguna untuk agama, bangsa dan negara. Aamiin. :D
Waow, ternyata dirimu berkelana menuntut ilmu sampai ke negeri cina ya. Hehe! Jadi mupeng. # Ikut nyatet pesan2nya Pak Darman sama om Gus.
Ditunggu cerita-cerita lainnya, Zi.
haha.. Masih pemula mas Fiu
Alhamdulillah makasih ya Mbak Esti.. Aamiin aamiin... heuheu.. gak kok Mbak, gak sampai negeri Cina.. kebetulan daerahnya deket dari rumah... Semoga nambah resep-resep nulisnya ya Mbak.. Oke Mbak,, saya juga akan pantengin blog Mbak terus kok.. :)
Posting Komentar